Jakarta - Raksasa online Google mulai membangun pondasi kekuasaannya di Indonesia dengan menggelar kampanye pertama dalam pemanfaatan internet sebelum akhirnya mendirikan kantor perwakilan di Jakarta dalam dua-tiga tahun mendatang.
Demikian diungkapkan oleh Myriam Boublil Head of Communications and Public Affairs, Google Southeast Asia saat berbincang-bincang dengan detikINET di sela kampanye 'Jadikan Internet Seluas Kreasimu' di Bengkel Cafe, Jakarta, Selasa (13/9/2011).
Myriam yang berkebangsaan Prancis dan kini ditempatkan di kantor regional Singapura, menceritakan bagaimana Google akhirnya membangun representative office di negaranya pada tahun 2002.
"Saat itu Google sudah menyediakan layanan ke Prancis meski belum membangun kantornya. Namun setelah dua-tiga tahun, Google akhirnya mendirikan juga kantornya di Prancis. Kehadiran Eric Schmidt (CEO Google) ke Indonesia, secara tidak langsung menunjukkan indikasi itu," ujarnya.
Meski demikian, Myriam tak bisa memastikan apakah rencana Google di Indonesia akan terealisasi sesuai perkiraannya.
"Saya tak bisa berkomentar banyak untuk hal itu. Yang pasti, kami membutuhkan orang untuk membantu kami melakukan penetrasi ke pasar. Dan jika kita sudah memiliki sekumpulan orang yang bekerja untuk kami, tentunya kami akan memiliki kantor juga," paparnya memberikan gambaran.
Indonesia Country Consultant Google, Henky Prihatna, juga tidak bisa mengungkapkan secara detil rencana ekspansi Google ke Indonesia. Menurutnya, Google telah melihat Indonesia sebagai pasar yang besar dan punya potensi hebat jika bisa memaksimalkan penggunaan internet.
"Indonesia itu pasar terbesar keempat di Asia setelah China, India, dan Jepang. Tujuan kami di sini ialah untuk membantu orang Indonesia agar lebih maju lagi dengan bekal internet," ucapnya, tanpa bisa memperkirakan berapa jumlah pengguna Google di Indonesia.
Internet Positif
Dalam kampanye pertamanya ini, Google mengundang sejumlah aktivis internet dari komunitas untuk berbagi cerita mengenai keberhasilan mereka dalam memberi pengaruh positif di dunia maya.
Komunitas Blood for Life (BFL), misalnya, gerakan sosial yang dimulai melalui Google Groups itu terus memanfaatkan internet sebagai penghubung bagi orang-orang yang membutuhkan darah dengan para pendonor darah. BFL diprakarsai oleh Valencia Mieke Randa, atau lebih dikenal dengan nickname "Silly".
Ibu dua anak itu berhasil mengajak orang-orang untuk mendonorkan darahnya bagi yang membutuhkan lewat komunikasi mailing list di blood-for-liofe@googlegroups.com dan blog di bloodforlife.wordpress.com. Saat ini membernya sudah 4.000 anggota.
Lain lagi dengan Ridwan Kamil dan Shafiq Pontoh. Kedua orang ini cukup sukses dengan proyek percobaannya untuk menciptakan lahan hijau di tengah kota bersama komunitasnya yang tergabung di Indonesia Berkebun (indonesiaberkebun.org).
"Dengan internet, kita tak lagi mengubah dunia sendirian. Ada komunitas yang siap membantu Anda," kata Ridwan, seorang arsitek yang juga dosen di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Ide awal komunitas ini, versi Ridwan, setelah dia melihat di Google Map ternyata ada banyak lahan kosong di Jakarta yang sebenarnya tak terpakai dan hanya ditumbuhi rumput ilalang.
Sementara menurut Shafiq, ide awal komunitas berkebun ini juga terinspirasi dari permainan FarmVille di Facebook. "Saya bukan petani, tapi dari sini kami akhirnya belajar untuk memanfaatkan lahan kosong di seluruh Indonesia untuk berkebun," kata dia.
Melalui penyebaran informasi di dunia maya, sudah ada 14 kota yang turut berpartisipasi dalam gerakan ini, di antaranya Jakarta, Bandung, Surabaya, Pontianak, dan daerah lainnya.
"Internet ini seperti pisau Swiss. Dia punya banyak fitur yang bisa dimanfaatkan untuk banyak tujuan positif asal penggunaannya benar. Itu yang sedang kami tuju saat ini, menggerakkan orang-orang untuk memanfaatkan internet dengan tujuan positif," tandas Myriam.
0 comments:
Post a Comment