Untuk menghindari konflik horisontal dan memancing kepanikan, Badan Regulasi Telekomunikasi Indonesia (BRTI) menghimbau agar jika masyarakat menerima pesan SMS atau BBM yang berisi konten sensitif, tidak dengan mudah menyebarkannya kepada orang lain.
Menurut Heru Sutadi, anggota Komite BRTI, pesan-pesan sensitif tersebut lebih sering menjurus sebagai pesan 'gelap', yang tidak diketahui siapa sumber aslinya. Sehingga masyarakat jangan mudah terperdaya, perlu dipastikan dulu informasi yang diterima valid dan dapat dipertanggungjawabkan.
"Mem-forward SMS atau pesan di BlackBerry Messenger (BBM) yang hanya memancing emosi masyarakat, tentu ujungnya akan merugikan kita semua," tukas Heru kepada detikINET, Rabu (14/9/2011).
Untuk penyebaran dengan SMS penelusuran memang dapat dilakukan, namun masih terkendala untuk broadcast message melalui pesan instan seperti BBM.
Selain penyebaran SMS yang bertujuan menggalang amuk massa, masyarakat juga diimbau harus secara cerdas menyikapi pesan-pesan penipuan yang mengiming-imingi hadiah. Padahal ujungnya hanya menipu saja.
"PR BRTI adalah masalah registrasi pra bayar yang belum begitu sukses, namun hal itu juga dikarenakan kita belum mempunyai nomor identitas nasional yang dapat dipakai sebagai data referensi. E-KTP juga sebenarnya bagus, tapi sekarang juga masih ada kendala," pungkas Heru.
Peringatan BRTI ini menyusul pergolakan yang terjadi di Ambon beberapa waktu lalu. Dimana lantaran kabar yang simpang siur, massa menjadi lebih mudah terprovokasi dan memicu aksi kerusuhan.
0 comments:
Post a Comment